Senin, 25 Februari 2013
[Fanfiction Bisma Smash] Valentine for Valentine
Hari ini hari VALENTINE. Beberapa anak gadis tampak ceria pagi ini, dengan balutan baju atau dress dan atribut serba PINK. Di tangannya membawa bingkisan coklat untuk pria yang ia sukai. Tidak denganku! Namaku Valentine. Bukan karena aku lahir saat hari Valentine, tapi ibuku kehabisan akal untuk memberiku nama. Aku bahkan sangat tidak menyukain hari Valentine. Hari terburuk bagiku, tidak memiliki pasangan, atau sahabat untuk bertukar coklat.
Ku langkahkan kakiku melewati lapangan basket. Disitu ada Ayu dan Dicky, mereka tampak manis sekali. Ayu dengan malu-malu menyerahkan sebatang coklat yang diberi pita berwarna pink agak tua, dan Dicky menerimanya dengan senang hati.
Sedang di dekat Lab IPA, Dwi menyodorkan sebatang coklat yang dibungkus kotak kado untuk Reza. Dan, aku bertemi Wika sedang kesulitan memberi pita untuk coklatnya,
“Bisakah kau membantuku?” tanya Wika penuh harap. Aku menggeleng,
“Aku tidak bisa membuat pita. Maaf.”
“Apakah hari ini kau tidak memberikan coklat pada pria favoritmu?” tanya Wika lugu
“Siapa? Aku benci Valentine. Membosankan.”
“Ya, aku tahu kau menyukai Bisma. Dan ini waktu yang tepat untuk kau menyatakan perasaanmu, dengan coklat..” kata Wika. Ya, ku akui aku menyukai Bisma sudah sejak lama. Tapi aku takut padanya! Dia terlalu galak dan sadis terhadapa wanita. Wanita yang mendekatinya selalu dicuekkin, aku tahu itu,
“Oh tidak Wik. Aku takut memberikan coklatku untuknya,” kataku gugup
“Kenapa tidak? Cobalah. Hmm, eh Morgan! Sebentar ya, aku mau memberikan coklatku pada Morgan. Dadah Valen..!!” Wika meninggalkanku. Tapi setelah ku pikir-pikir, saran Wika benar juga. Apa salahnya, aku mencoba memberikan coklatku kepada Bisma? Aku segera mengecek coklat yang ku bawa di tasku. Sudah ku beli seminggu yang lalu, bahkan sepertinya sudah tak layak di makan. Coklat itu sudah patah menjadi dua bagian, dan apakah pantas ku berikan pada pria tertampan seantero dunia macam Bisma? Aku ragu. Tapi, baiklah aku akan coba!
>>>>>
Suasana kelas sedang sepi, yeay! Tak ada guru yang mengajar pagi ini. Aku memutuskan memberikan coklatku pada Bisma, baiklah aku yakin pada diriku sendiri. Ku langkahkan kakiku ke mejanya, sambil tangan kananku menyembunyikan coklat itu di balik punggungku,
“Hei Bisma.” Sapaku. Ia terbelalak menatapku,
“Apa?”
“Kau sudah menerima coklat dari siapa saja hari ini?” tanyaku berbasa-basi
“Hmmm, tidak penting bagimu.”
“Oh. Baiklah, tolong terimalah coklatku!” Aku menyerahkannya seraya kepalaku menunduk. Aku tak tahu apa komentarnya tentang coklatku. Ia memungutnya dari tanganku, dan memperhatikan label dan merknya. Di ceknya bentuk coklat itu yang sudah tak karuan. Ia berkata:
“Coklat murahan. Tak berbentuk pula. Sudah seminggu kau menyimpannya, huh.” Ia mengembalikan coklat itu padaku. Bagaimana ia tahu? Kalau coklat itu aku beli tak sampai 2 dollar. Dan bagaimana ia tahu? Kalau coklat itu sudah seminggu di tasku.
“Kau bisa tahu?”
“Ya tentu!”
“Dan, kau tak ingin menerimanya? Maaf ini coklat murahan. Aku tidak memiliki cukup uang untuk membeli coklat mahal, yang enak.” Sesalku. Ia menggeleng,
“Aku muak dengan coklat.” Katanya sambil membuang muka dariku
“Kenapa kau selalu memperlakukan wanita seperti ini? Apakah kau tahu perasaanku?” tanyaku HAMPIR SAJA MENANGIS
“Oh, maaf jika aku menyinggungmu. Aku tahu semuanya, karena ayahku memiliki pabrik coklat sendiri. Dan setiap pagi, aku harus mengulum coklat-coklat yang membuat perutku enek itu. Maka dari itu, aku benci coklat. Jangan memberiku coklat di hari Valentine, semoga ini terakhir kalinya.” Ia bergidik lalu pergi begitu saja. Kau tahu perasaanku? Dipermalukan di depan banyak siswa! Kenapa tadi aku tidak menonjok wajahnya saja, ya? Agar dia tahu rasa. Sayang, ia keburu pergi dan aku tidak bisa menahan air mataku untuk keluar.
>>>>>
“Oke, lupakan hal tadi.. Lupakan.. Lupakan.. Valentine lupakan!!” teriakku pada diriku sendiri. Lagi-lagi ku coretkan tinta bolpen-ku ke buku Diaryku, menulis catatan suram hari ini. Sore ini ibuku pergi menjual kue, dan kau tahu? Kue hari ini bertema Valentine juga. Serba coklat, dan berwarna pink!! Aku jadi muak dengan coklat. Aku anak tunggal di keluargaku, ayahku menghilang. Entah, mungkin ia dimakan beruang salju.
‘ting tong ting tong’ seseorang memencet bel rumahku. Aku segera membukakan pintu rumah, mungkin saja Siwon SuJu sedang mencariku. Dugaanku salah. Pria rupawan, bertubuh agak kecil dan membalut tubuhnya dengan mantel tebal. Siapa lagi kalau bukan si jagoan!! BISMA KARISMA.
“Mau apa kau? Memberiku coklat?” tanyaku tanpa menatap wajahnya.
“Maaf, soal tadi pagi.” Ucapnya, nadanya pun tak tampak menyesal
“Oh ya! Tentu aku telah memaafkanmu sebelum kau minta maaf. Sekarang, pergilah.” Usirku, aku menutup pintu rumah.
‘ting tong ting tong’ ia kembali memencet bel rumahku. Dengan wajah sabar, aku membukanya lagi.
“Apalagi?”
“Kau tidak ingin merayakan hari Valentine?” tanyanya lugu
“Dengan siapa? Aku tak memiliki pacar.”
“Apakah Valentine Day harus bersama pacar?”
“Tidak juga. Ada yang bersama dengan ibunya, sahabatnya, adiknya..”
“Bagaimana jika kau merayakan Valentine bersamaku?” tawarannya cukup menarik. Ya, karena aku menyukai Bisma, dan sungguh menyukainya.
“Aku tidak yakin.” Jawabku, ragu. Aku sengaja mengulur-ulur waktu agar dia memaksaku, memohon agar aku mau jalan, atau yah kencan bersamanya
“Kalau tidak mau, ya sudah.” Ia berbalik badan, dan aku menghentikannya,
“Oh, baiklah! Aku ikut denganmu.” Ujarku memohon, dan sialnya akulah yang harus memohon padanya.
>>>>>
Seusai dari pasar malam, kami bersantai di ayunan. Kau tahu, di pasar malam sangat banyak penjual coklat bertebaran. Dan selama itu, wajah Bisma terlihat kecut melihat deretan penjual coklat. Pada akhirnya, kami memutuskan membeli hanya 1 buah arum manis, untuk berdua. Aku duduk bersebelahan dengan Bisma di ayunan ini, biarpun malam namun bagiku lebih romantis.
“Apa yang kita lakukan malam ini?” tanyaku
“Hmmm, saling jujur tentang perasaan. Bagaimana menurutmu?”
“Bagus juga.” Aku mengangguk,
“Baiklah, dimulai darimu. Siapa pria yang kau sukai?” tanyanya. Deg deg! Jantungku berdegup kencang. Aku harus jawab apa? Berbohong? Atau jujur? Masa aku bilang... “Aku menyukaimu?” duh! Itu tak lucu, sama sekali tak lucu.
“Aku menyukai Dicky.” Dustaku sambil menekuk muka
“kau bohong.” Katanya sambil menatap mataku serius
“Dari mana kau tahu aku berbohong?”
“Matamu, akan selalu berkata jujur.” Ia menatap seksama kedua bola mataku, rasanya luar biasa. Aku merasa merinding, dan senyumku mengembang,
“Kalau begitu, kau duluan yang harus jujur. Siapa wanita yang kau sukai?” Ia menghela nafas,
“Selama ini, aku tak tahu apa itu cinta. Tak pernah merasa suka pada gadis manapun, kecuali setelah ia datang. Ia beda, ia memiliki sisi yang beda dengan gadis lain...” ucapnya panjang lebar
“Siapa dia? Beruntung sekali.”
“Dia adalah gadis tercantik yang pernah ku temui. Namun, bodohnya diriku. Aku tidak pernah memperlakukannya spesial, aku memperlakukannya seperti aku memperlakukan gadis lain. Aku cuek, aku angkuh padanya. Lantas, bagaimana dia bisa tahu aku mencintainya? Aku juga bingung.” Ia bermuka sedih kini. Oh, apakah yang ia maksud.. Aku?
“Iya, tapi siapa namanyaaa?” aku bertanya tidak sabaran.
“Dia sudah tidak ada disini. Dia meninggal, 2 tahun yang lalu.” Kini matanya berkaca-kaca
“Oh, maafkan aku, aku tak bermaksud membuatmu...”
“Ya, tidak masalah.”
“Sampai sekarang, kau masih mencintainya? Dan kau tidak berpikiran untuk mencintai gadis lain?”
“Sempat aku berpikir begitu. Dan aku berharap gadis itu juga mencintaiku.”
“Aku juga.” Ucapku tiba-tiba. Ia menatapku serius, aku menjadi seperti seekor keledai bodoh yang sekarang pipiku semerah tomat.
“Apa? Kau menyukaiku?” tanyanya tiba-tiba
“Percaya atau tidak, aku memang menyukaimu.” Aku menunduk malu, sambil tersipu.
“Aku percaya. Semua gadis pasti tergila padaku, hanya keberanian gadis itulah yang mampu mengalahkan ke-judesanku selama ini. Kaulah gadis pertama yang memberiku coklat, setelah 2 tahun meninggalnya gadis kesayanganku. Tentu, aku salut padamu.” Ia tersenyum kecil.
“Mmm.. Ini arum manisnya, apa kau tak ingin menikmatinya?” aku mengalihkan pembicaraan.
“Tentu, kenapa kau tidak menyuapiku?” tanyanya girang, sambil mengayun sedikit ayunannya.
“Manja sekali, kau.” Ledekku. Ia tersenyum.
“Lalu, kenapa kau tidak menciumku?” tanyanya polos
“Untuk apa?”
“Kau menyukaiku, kan? Aku minta bukti, sebelum aku memacarimu.” Wajahnya tampak berseri. Aku menghela nafas, dan menciumnya, kemudian ia tertawa setelah aku melakukan hal itu,
“Dan, selamat hari Valentine, Valentineku.” Ia mengecup keningku. Apa kami resmi pacaran? Entahlah! Ia tidak pernah bilang kalau kami jadian atau tidak, tapi semuanya berjalan begitu saja.
Happy Valentine. Valentine :)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar